Peter Adler dijadwalkan pulang ke rumah Jumat kemarin. Sehari sebelum ulang tahun putranya

Nasib 45 penumpang dalam pesawat Sukhoi Superjet-100 belum diketahui satu-persatu, meski tim evakuasi terus mengirimkan kantong jenazah berisi bagian-bagian tubuh para korban yang dikumpulkan dari tebing curam Gunung Salak.

Mayoritas penumpang pesawat nahas yang menghantam Gunung Salak, Rabu 9 Mei 2012 petang adalah warga Indonesia. Juga diketahui ada 8 awak pesawat dari Rusia, satu orang Prancis, dan satu warga Amerika Serikat.

Identitas WN Amerika Serikat di pesawat bikinan Rusia itu diduga bernama Peter Adler. Pria 55 tahun itu bekerja di Sriwijaya Air, sebuah maskapai Indonesia yang berminat membeli pesawat Sukhoi Superjet-100.

Peter Adler berasal dari Oakley. Istri korban, Randi Adler mengatakan, kabar kecelakaan, yang terjadi hanya 20 menit paska tinggal landas dari Bandara Halim Perdanakusuma, membuatnya syok dan terpukul. "Saya hanya bisa duduk dan menangis selama tiga hari," kata perempuan 53 tahun itu, seperti dimuat Silicon Valley MercuryNews.com.

Peter Adler, yang telah meninggalkan rumah untuk urusan bisnis sekitar tiga minggu, dijadwalkan kembali Jumat 11 Mei 2012: keluarganya berencana merayakan ulang tahun ke-18 anak mereka Sabtu, 12 Mei 2012.

Seperti dimuat situs CBS, "joy flight" alias demo terbang yang berakhir nahas mengangkut mayoritas perwakilan dari perusahaan penerbangan Indonesia, pembeli potensial SSJ-100.

Randi Adler mengatakan, tugas suaminya adalah mengirimkan pesawat pada konsumen koorporat. Dia juga harus memastikan pesawat yang ia salurkan dalam kondisi baik secara teknis.

Tak hanya di Indonesia, pekerjaan Peter Adler membuatnya keliling dunia, ke Irlandia, Belanda, Malaysia, China, Uni Emirat Arab, dan banyak lagi. Tugasnya membuatnya lebih banyak bepergian ketimbang di rumah. Terkadang ia harus pergi selama berbulan-bulan.

Sebelum itu malang melintang di bisnis pesawat, Peter Adler bekerja sebagai kopilot untuk sebuah maskapai penerbangan saat ini tak lagi beroperasi.

Randi Adler mengatakan terbang adalah bagian penting dari hidup suaminya. Suatu hari, korban bahkan menerbangkannya ke Oxnard pada kencan pertama mereka. "Kami tak terpisahkan sejak itu," kata dia. Lamaran pun diutarakan saat keduanya menyaksikan pesawat di bandara internasional di kampung halamannya di Los Angeles.
Di waktu senggang, hobi yang ia lakukan tak jauh-jauh dari pesawat: bermain dengan pesawat dan helikopter mainan yang dijalankan dengan radio kontrol.

Sebelumnya, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scot Marciel, mengaku belum bisa memastikan ada warga negara Amerika yang turut menjadi korban dalam kecelakaan nahas pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, pada Rabu kemarin.

"Saya belum bisa pastikan 100 persen kalau itu warga Amerika, maka daripada itu kami ingin pastikan dulu," ujar Marciel usai menghadiri sebuah acara di Pusat Kebudayaan Amerika di Pacific Place Jakarta Selatan, Kamis 10 Mei 2012. (eh)

VIVAnews

0 komentar:

Blog Archive

Popular Posts

Total Tayang