Penyebaran gas beracun sangat dipengaruhi udara yang terbawa angin dan turbulensi udara.
Cuaca yang tidak menentu dan jalur pendakian yang sulit dijangkau, membuat upaya evakuasi pesawat Sukhoi Superjet-100 harus memakan waktu lama. Tidak hanya itu, ancaman gas beracun di gunung berapi yang dipastikan masih aktiv itu juga menghantui tim SAR.
Data dari jurnal lingkungan dan bencana geologi menyebutkan, bahwa aktivitas gas beracun dari Gunung Salak biasanya berada di Kompleks Cikuluwung Putri atau Kawah Putri, yang terdiri dari Kawah Ratu, Kawah Hirup, dan Kawah Paeh. Aktivitasnya emisi gas vulkanik dengan komponen utama di kawasan itu adalah: H2O, CO2, SO2, H2S, NH3, HCl, H2, N2, dan O2+Ar.
Sementara yang paling menonjol adalah gas karbon dioksida (CO2). Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tak terbakar, tidak reaktif. Pada konsentrasi rendah tidak bersifat racun, tetapi konsentrasi di atas 5 persen membuat sesak saluran pernafasan, dan sakit kepala.
Pada konsentrasi di atas 15 persen menimbulkan sakit kepala, pening, muntah-muntah, bahkan dapat mengakibatkan meninggal bila korban tidak mendapat cukup oksigen. Konsentrasi yang lebih tinggi secara cepat menyebabkan
koma dan kematian.
Sementara gas belerang dioksida (SO2) yang sering muncul di Kawah Ratu merupakan gas tidak berwarna, bersifat asam, sangat mengiritasi alat penciuman. Sangat mengiritasi mata, tenggorokan dan saluran pernafasan, dapat menimbulkan pembengkakan celah suara, dan menyebabkan penyakit paru-paru kritis. Konsentrasi 20 ppm menyebabkan batuk dan iritasi pada mata.
Meski lokasi jatuhnya pesawat SSJ-100 buatan Rusia itu agak jauh dari Kompleks Cikuluwung Putri yang berupa lapangan solfatara yang ada bualan lumpur dan semburan air panas (geyser), tapi penyebaran gas beracun perlu diwaspadai. Karena penyebaran gas itu sangat dipengaruhi udara yang terbawa angin dan turbulensi udara. Karena itu, pemantuan emisi gas vulkanik terutama di kawasan itu perlu terus dilakukan.
Tidak sedikit pendaki yang meninggal di kawasan Gunung Salak karena menghirup gas beracun. Apabila terdeteksi gejala konsentrasi gas meningkat, lokasi perkemahan biasanya ditutup terutama pada malam hari karena kepekatan gas akan meningkat.
Kawasan Gunung Salak adalah tempat yang sering dikunjungi oleh para pecinta alam dan dijadikan sebagai area perkemahan dan tempat pendidikan bagi klub pencinta alam. Kawasan ini juga menjadi salah satu tujuan wisata. Pada 7 Juli 2007, enam pelajar SMPN 67 Jakarta Selatan, tewas di kawasan Kawah Ratu, Gunung Salak. Mereka tewas setelah menghirup gas beracun di kawah itu.
Karena itu, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, membenarkan masih ada gas beracun di salah satu lereng perbukitan gunung salak. Tetapi gas beracun yang sering timbung memang tidak terlalu tinggi karena gunung ini masih normal tingkat vulkanologinya. Karena itu, PVMBG mengkhawatir dalam proses evakuasi, tim akan terkendala dengan gas beracun tersebut.
Gunung Salak adalah salah satu dari 7 gunung api vulkanik tipe A yang terdapat di Jawa Barat. Gunung api ini mempunyai beberapa puncak, di antaranya Puncak Salak I di ketinggian 2.211 m dpl, Salak II pada ketinggian 2.180 m dpl, dan Puncak Salak III atau dikenal juga dengan Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl.
Secara administratif, Gunung Salak termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani KPH Bogor, namun sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, kini bernama Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). (sj)
Data dari jurnal lingkungan dan bencana geologi menyebutkan, bahwa aktivitas gas beracun dari Gunung Salak biasanya berada di Kompleks Cikuluwung Putri atau Kawah Putri, yang terdiri dari Kawah Ratu, Kawah Hirup, dan Kawah Paeh. Aktivitasnya emisi gas vulkanik dengan komponen utama di kawasan itu adalah: H2O, CO2, SO2, H2S, NH3, HCl, H2, N2, dan O2+Ar.
Sementara yang paling menonjol adalah gas karbon dioksida (CO2). Gas ini tidak berwarna, tidak berbau, tak terbakar, tidak reaktif. Pada konsentrasi rendah tidak bersifat racun, tetapi konsentrasi di atas 5 persen membuat sesak saluran pernafasan, dan sakit kepala.
Pada konsentrasi di atas 15 persen menimbulkan sakit kepala, pening, muntah-muntah, bahkan dapat mengakibatkan meninggal bila korban tidak mendapat cukup oksigen. Konsentrasi yang lebih tinggi secara cepat menyebabkan
koma dan kematian.
Sementara gas belerang dioksida (SO2) yang sering muncul di Kawah Ratu merupakan gas tidak berwarna, bersifat asam, sangat mengiritasi alat penciuman. Sangat mengiritasi mata, tenggorokan dan saluran pernafasan, dapat menimbulkan pembengkakan celah suara, dan menyebabkan penyakit paru-paru kritis. Konsentrasi 20 ppm menyebabkan batuk dan iritasi pada mata.
Meski lokasi jatuhnya pesawat SSJ-100 buatan Rusia itu agak jauh dari Kompleks Cikuluwung Putri yang berupa lapangan solfatara yang ada bualan lumpur dan semburan air panas (geyser), tapi penyebaran gas beracun perlu diwaspadai. Karena penyebaran gas itu sangat dipengaruhi udara yang terbawa angin dan turbulensi udara. Karena itu, pemantuan emisi gas vulkanik terutama di kawasan itu perlu terus dilakukan.
Tidak sedikit pendaki yang meninggal di kawasan Gunung Salak karena menghirup gas beracun. Apabila terdeteksi gejala konsentrasi gas meningkat, lokasi perkemahan biasanya ditutup terutama pada malam hari karena kepekatan gas akan meningkat.
Kawasan Gunung Salak adalah tempat yang sering dikunjungi oleh para pecinta alam dan dijadikan sebagai area perkemahan dan tempat pendidikan bagi klub pencinta alam. Kawasan ini juga menjadi salah satu tujuan wisata. Pada 7 Juli 2007, enam pelajar SMPN 67 Jakarta Selatan, tewas di kawasan Kawah Ratu, Gunung Salak. Mereka tewas setelah menghirup gas beracun di kawah itu.
Karena itu, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, membenarkan masih ada gas beracun di salah satu lereng perbukitan gunung salak. Tetapi gas beracun yang sering timbung memang tidak terlalu tinggi karena gunung ini masih normal tingkat vulkanologinya. Karena itu, PVMBG mengkhawatir dalam proses evakuasi, tim akan terkendala dengan gas beracun tersebut.
Gunung Salak adalah salah satu dari 7 gunung api vulkanik tipe A yang terdapat di Jawa Barat. Gunung api ini mempunyai beberapa puncak, di antaranya Puncak Salak I di ketinggian 2.211 m dpl, Salak II pada ketinggian 2.180 m dpl, dan Puncak Salak III atau dikenal juga dengan Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl.
Secara administratif, Gunung Salak termasuk dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengelolaan kawasan hutannya semula berada di bawah Perum Perhutani KPH Bogor, namun sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, kini bernama Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). (sj)
VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar