Padahal pemerintah Rusia tengah berambisi membangun kembali bisnis penerbangan mereka

Lembaga pemeringkat internasional, Fitch, menilai keberlangsungan bisnis pesawat komersial Sukhoi bergantung pada hasil investigasi penyebab kecelakaan Sukhoi Superjet-100 di kawasan Gunung Salak, Bogor.

"Jika ini disebabkan masalah teknis, hal itu bisa berdampak pada persepsi konsumen dan kapabilitas untuk memesan pesawat tersebut," kata Direktur Agen Rating Fitch, Tom Chruszcz seperti dikutip laman reuters, Jumat, 11 Mei 2012.

Kendati belum bisa memastikan seberapa besar kerugian yang bisa diderita Sukhoi yang tengah menghidupkan kembali bisnis penerbangan Rusia, Analis memperkirakan musibah tersebut telah berdampak secara psikologis pada perjanjian yang sudah dibuat.

Disaat yang bersamaan, keamanan penerbangan di Rusia juga bakal mendapat pengawasan ketat dari otoritas setempat.

Sebagai informasi, kedatangan Sukhoi Superjet-100 ke Indonesia merupakan rangkai promosi yang sedang dilakukan produsen asal Rusia itu dalam membangun kembali citra penerbangan pesawat yang aman. Sukhoi tengah dalam persaingan ketat dengan Embraer dari Brasil dan Bombardier dari Kanada.

Pemerintah Rusia sendiri sudah membuat target ambisius berupa penjualan pesawat senilaiu US$250 miliar hingga tahun 2025. Target itu dibuat untuk mengalahkan pencapaian tertinggi yang pernah dicapai oleh industri penerbangan di era Uni Soviet kala bersaing dengan Amerika Serikat dan Eropa.

Selain Sukhoi Superjet-100, anak perusahaan Sukhoi, Irkut yang lebih dikenal dengan sebutan United Aviation Corporation, telah menggandeng China untuk mengembangkan pesawat dengan jumlah penumpang 150 sheet bernama MS-21. Pesawat ini digadang untuk bersaing dengan Airbus dan Boeing.

Langkah Mundur

Sementara itu, Analis dari Teal Group, Richard Aboulafia mengungkapkan industri penerbangan Rusia luluh lantah setelah Perang Dingin. Saat ini, Rusia tengah berusaha membangun kembali citra industrinya agar bisa diterima pasar.

"Mereka mulai menggarap kerjasama dengan perusahaan pemasok dari barat untuk meningkatkan standar, prosedur perakitan, dan dukungan produk," kata Richard.

Kecelakaan yang dialami Sukhoi Superjet-100, lanjut Richard, secara langsung memang tidak membuat ambisis Rusia menjadi gagal. Namun, musibah tersebut jelas merupakan langkah mundur. "Dan hal ini tergantung dari hasil temuan investogasi. Banyak hal yang belum terungkap," tambahnya.

Untuk diketahui, perusahaan asal Prancis dan Italia telah membenamkan investasi cukup besar untuk mendukung proyek pengembangan pesawat komersial Sukhoi. Bahkan, mereka merupakan pemain utama dalam pemasaran produk-produk Sukhoi.

Alenia Aeronutica, unit bisnis dari Finmeccanica Italia, telah membeli 25 persen saham unit bisnis pesawat sipil sukhoi untuk mendukung bisnis ini. Perusahaan ini bertanggung jawab untuk pemasaran pesawat ke berbagai dunia serta memberikan dukungan purna jual yang keduanya berperan penting dalam memenangkan kontrak.

VIVAnews

0 komentar:

Blog Archive

Popular Posts

Total Tayang