Sore ini cuaca di lereng Gunung Salak buruk.
Humas Badan SAR Nasional, Gagah Prakoso, menyatakan proses evakuasi korban Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, terpaksa ditunda karena cuaca buruk.
“Kabut di sana mulai turun dan cuaca belum mendukung. Tunggu besok pagi karena dalam proses evakuasi, helikopter harus bisa masuk lokasi jatuhnya pesawat,” kata Gagah di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis 10 Mei 2012.
“Semua sinyal di sana masih blank. Saat ini hanya bisa komunikasi antara helikopter ke helikopter,” ujar Gagah. Helikopter-helikopter itu, terangnya, mengudara tinggu untuk memantau situasi dari atas.
Ada dua tim yang diberangkatkan menuju lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi, yaitu tim udara dan darat. Keduanya sama-sama tak mudah dilakukan. Helikopter terhalang kabut dan cuaca buruk di udara, sementara jalur darat membutuhkan energi ekstra karena medan yang terjal.
Menurut pengamatan wartawan VIVAnews yang sempat mengikuti pendakian dari Desa Loji, terdapat beberapa jalur menuju lokasi pesawat. Salah satu jalur yang dilalui rombongan PMI dan wartawan adalah jalur pendaki.
Jarak dari jalan yang dilalui mobil sampai ke pos Perhutani sekitar 500 meter dengan jalan terbilang landai. Kemudian, sekitar 60 meter dari pos terdapat jembatan gantung sepanjang 30 meteran, dengan ketinggian dari permukaan sungai sekitar 30 meter.
Dari jembatan gantung ini jalan mulai menanjak. Terdapat hutan pinus tak jauh dari situ. Setelah itu, jalan mulai menyempit dan terus menanjak. Menyusuri terus jalan ini akan ditemui sebuah curug.
Jarak dari pos Perhutani menuju curug sekitar 1,3 km. Ada tiga curug yang masing-masing jaraknya terbilang jauh, lebih dari 1 km. Namun, sayang, jalur menuju curug kedua longsor dan tidak dapat dilalui.“Kabut di sana mulai turun dan cuaca belum mendukung. Tunggu besok pagi karena dalam proses evakuasi, helikopter harus bisa masuk lokasi jatuhnya pesawat,” kata Gagah di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis 10 Mei 2012.
“Semua sinyal di sana masih blank. Saat ini hanya bisa komunikasi antara helikopter ke helikopter,” ujar Gagah. Helikopter-helikopter itu, terangnya, mengudara tinggu untuk memantau situasi dari atas.
Ada dua tim yang diberangkatkan menuju lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi, yaitu tim udara dan darat. Keduanya sama-sama tak mudah dilakukan. Helikopter terhalang kabut dan cuaca buruk di udara, sementara jalur darat membutuhkan energi ekstra karena medan yang terjal.
Menurut pengamatan wartawan VIVAnews yang sempat mengikuti pendakian dari Desa Loji, terdapat beberapa jalur menuju lokasi pesawat. Salah satu jalur yang dilalui rombongan PMI dan wartawan adalah jalur pendaki.
Jarak dari jalan yang dilalui mobil sampai ke pos Perhutani sekitar 500 meter dengan jalan terbilang landai. Kemudian, sekitar 60 meter dari pos terdapat jembatan gantung sepanjang 30 meteran, dengan ketinggian dari permukaan sungai sekitar 30 meter.
Dari jembatan gantung ini jalan mulai menanjak. Terdapat hutan pinus tak jauh dari situ. Setelah itu, jalan mulai menyempit dan terus menanjak. Menyusuri terus jalan ini akan ditemui sebuah curug.
VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar